Di era yang sudah berkembang ini banyak siswa yang kurang minat untuk membaca padahal dari manfaat membaca banyak sekali manfaatnya dan kebanyakan siswa di era yang modern ini hanya mementingkan gudget nya saja, yang dimana gudget tidak di gunakan untuk membaca melainkan untuk memainkan game.
Hal ini menyebabkan mereka kehilangan kesempatan untuk menggali pengetahuan lebih dalam dengan membaca buku atau bacaan lainnya. Literasi ini sangat penting untuk pondasi utama membangun masa depan yang cerah,karena tidaak hanya menambah wawasan saja tetapi mengasah kessempataan untuk berinovasi dan berpikir jauh sesuai dengan menghadapi perkembangan zaman.
Studi yang didanai UNICEF dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menemukan bahwa 98% dari anak-anak dan remaja tahu internet, dan 79,5% di antaranya adalah pengguna internet. Hal ini dapat membawa dampak negatif jika terus dibiarkan. Kecanduan bermain internet bagi para siswa akan menyebabkan munculnya rasa malas, menurunnya prestasi, kurang disiplin dan menyepelekan waktu, juga berkurangnya minat terhadap buku.
Literasi juga mempunyai manfaatnya seperti memperkaya kosakata siswa dan juga dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman dengan mengembangkan perkembangan yang kritis yang di perlukan untuk membuat keputusan yang cerdas di masa depan, dengan membaca berbagai sumber siswa dapat melakukan kreativitas dan inovasi yang akan dikembangkan. Solusi yang dapat dilakukan siswa dalam meningkatkan membaca dengan cara:
1. Perkembangan yang semakin maju membaca juga bisa dilakukan lewat teknologi tetapi teknologi ini hanya untuk mendukung pembelajaran membaca,bukan untuk menggantikannya,contohnya seperti aplikasi pembaca e-book, audiobooks, atau platform pembelajaran interaktif. Pentingnya akses yang lebih mudah ke buku,artikel atau bacaan lainnya yang dapat menyemangati siswa untuk membacanya.
2. Strategi yang dapat dibuat siswa di sekolah juga dapat dilakukan pembiasaan membaca siswa dalam program literasi sebelum memulai kegiatan mengajar agar siswa dapat membaca satu buku dari bacaan tersebut di kembangkan lagi apa yang sudah di baca kemudian di tulis kesimpulan dari bacaanya atau dengan kunjungan perpustakaan dengan membuat siswa untuk membaca dari beberapa buku yang ingin dibacanya.
3. Peran guru dan orang tua sangat penting untuk perkembngan membaca seorang anak dengan pertemuan antara guru dan orang tua dapat bekerjasama untuk menyediakan sumber bacaan yang menarik sesuai keinginan anak tersebut tetapi pilih bacaan sesuai dengan ketentuan umur anak ,dengan begitu dapat begitu dapat memberikan akses untuk membaca lebih banyak buku, dengan begitu kebiasaan membaca akan terbentuk dan membantu dalam perkembangan literasi dan membangun minat baca sang anak.
Literasi membaca dapat di bangun dan dibentuk dengan beberapa cara tersebut dan dapat meningkatkan kebiasaan membaca dengan memanfaatkan sumber daya bacaan yang lebih luas, oleh karena itu dengan membaca siswa akan lebih kritis dan lebih berkembang dalam kreatifitas dan inovasi dalam menghadapi perkembangan zaman.
Di tengah kemajuan teknologi dan perkembangan dunia digital yang semakin pesat, Indonesia menghadapi sebuah tantangan besar dalam dunia pendidikan, yaitu rendahnya minat siswa terhadap literasi. Fenomena ini menjadi salah satu masalah mendasar yang berpotensi menghambat kualitas generasi mendatang, terutama dalam menghadapi persaingan global.
Meski teknologi menawarkan kemudahan akses informasi dan bahan bacaan, fakta menunjukkan bahwa tingkat minat baca siswa masih rendah. Data UNESCO bahkan menunjukkan bahwa minat baca di Indonesia berada pada tingkat yang mengkhawatirkan, yaitu hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu yang serius membaca buku. Rendahnya minat literasi ini sangat ironis, mengingat siswa sekarang hidup di era digital yang menawarkan begitu banyak sumber daya literatur secara gratis dan instan.
Salah satu faktor utama rendahnya minat literasi ini adalah perubahan pola konsumsi informasi. Generasi muda cenderung lebih tertarik pada konten audiovisual seperti video pendek di media sosial daripada buku atau artikel panjang. Pola ini menciptakan kebiasaan membaca yang dangkal dan sering kali hanya berorientasi pada hiburan. Akibatnya, kemampuan berpikir kritis dan mendalam siswa menurun karena kurang terlatih dalam menyerap informasi kompleks yang membutuhkan waktu dan konsentrasi.
Sistem pendidikan di Indonesia juga berkontribusi pada rendahnya minat literasi. Pendekatan pembelajaran yang cenderung mengedepankan hafalan daripada eksplorasi kritis dan kreatif membuat siswa kurang merasa terdorong untuk membaca dan berpikir mandiri. Selain itu, akses terhadap bahan bacaan berkualitas sering kali tidak merata, terutama di daerah terpencil. Banyak perpustakaan sekolah yang tidak terawat atau minim koleksi, sehingga siswa kehilangan motivasi untuk mengeksplorasi bacaan.
Lingkungan keluarga juga memainkan peran penting. Dalam banyak kasus, orang tua tidak memberikan contoh kebiasaan membaca kepada anak-anak mereka. Sebaliknya, gadget sering kali menjadi alat pengalih perhatian utama, yang menjauhkan anak-anak dari aktivitas membaca.
Rendahnya minat literasi memiliki dampak besar terhadap masa depan generasi muda. Kemampuan literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca, tetapi juga mencakup kemampuan memahami, menganalisis, dan menerapkan informasi. Tanpa kemampuan ini, siswa akan kesulitan menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompleks, di mana kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah menjadi sangat penting.
Selain itu, rendahnya literasi juga berdampak pada partisipasi siswa dalam kehidupan sosial dan politik. Mereka yang kurang membaca cenderung lebih mudah terpengaruh oleh hoaks dan propaganda, yang dapat memecah belah masyarakat dan menghambat kemajuan bangsa.
Menghadapi tantangan ini, semua pihak perlu bersinergi untuk meningkatkan minat literasi di kalangan siswa. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan:
- Revolusi Kurikulum
Sistem pendidikan harus beralih dari pendekatan berbasis hafalan ke pendekatan yang mendorong eksplorasi, kreativitas, dan berpikir kritis. Guru perlu dilatih untuk menciptakan suasana belajar yang interaktif dan menyenangkan, yang memotivasi siswa untuk membaca. - Digitalisasi Perpustakaan
Memanfaatkan teknologi untuk membuat bahan bacaan lebih mudah diakses adalah langkah penting. Pemerintah dan sekolah dapat berinvestasi dalam perpustakaan digital yang memungkinkan siswa membaca e-book, jurnal, dan artikel dari perangkat mereka. - Kampanye Literasi di Media Sosial
Memanfaatkan platform populer seperti Instagram, TikTok, dan YouTube untuk mempromosikan kebiasaan membaca dapat menjadi cara efektif untuk menarik perhatian generasi muda. Konten kreatif yang mengulas buku atau menawarkan tips membaca dapat menjadikan literasi sebagai tren yang menarik. - Peran Keluarga
Orang tua perlu menjadi teladan dalam membaca. Dengan menciptakan budaya literasi di rumah, anak-anak akan tumbuh dengan kebiasaan membaca sebagai bagian dari kehidupan mereka. - Kompetisi dan Penghargaan
Mengadakan kompetisi membaca atau menulis di sekolah dengan hadiah menarik dapat memotivasi siswa untuk mulai mencintai literasi. Selain itu, apresiasi terhadap siswa yang menunjukkan minat besar pada literasi dapat menjadi dorongan tambahan.
Rendahnya minat literasi siswa di era modern adalah tantangan yang harus segera diatasi. Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi, kemampuan literasi menjadi kunci untuk membangun generasi yang cerdas, kritis, dan kompetitif. Upaya kolektif dari pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan literasi.
Karena pada akhirnya, literasi bukan hanya tentang membaca buku, tetapi juga tentang membuka pintu ke dunia yang lebih luas. Dengan meningkatkan minat literasi, kita tidak hanya membangun individu yang berpengetahuan, tetapi juga bangsa yang lebih maju dan bermartabat.