Editorial

Riyaya Kupat; Ajang Silaturahmi Warga Pesisir Rembang

2 Mins read

Riyaya Kupat atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Lebaran Ketupat termasuk salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat di beberapa wilayah nusantara. Tidak terkecuali pulau Jawa yang masih lekat dengan tradisi-tradisi kedaerahan, kota pesisir Rembang juga menjadi salah satu tempat yang turut mengadakan Riyaya kupat setiap tahunnya. Sama seperti daerah lainnya, perayaan lebaran ini juga memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi pembeda antar daerah.

Riyaya kupat sendiri diperkenalkan oleh salah seorang dari Wali Songo yaitu Sunan Kalijaga. Dalam perjalanannya saat melakukan Islamisasi di pulau Jawa, Sunan Kalijaga memperkenalkan dua jenis lebaran kepada masyarakat sekitar, yaitu bakda lebaran (ialah lebaran setelah melaksanakan puasa Ramadhan) dan bakda ketupat (lebaran ketupat). Di mana lebaran ketupat digelar pada hari ke-delapan bulan Syawal (tahun ini jatuh pada 9 Mei 2022) atau seminggu setelah perayaan salat idul fitri. Adapun kronologinya, Riyaya kupat dianggap sebagai perayaan atas telah dilakukannya puasa Syawal selama 6 hari, yang umumnya diselenggarakan pada tanggal 2-7 Syawal. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW. sebagai berikut:

“Siapa yang melakukan puasa Ramadhan lantas ia ikutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu seperti berpuasa setahun penuh.” (HR Muslim, No. 1164).

Bagi masyarakat yang tinggal di kota garam ini, perayaan Riyaya kupat menjadi titik balik untuk kembali mengukuhkan tali silaturahmi dan persaudaraan. Kekhasan dari lebaran kupat ialah masing-masing warga membawa kudapan ketupat, kue lepet (jajanan yang terbuat dari campuran ketan, parutan kelapa, dan kacang merah), serta sayur seperti opor ayam maupun lodeh.  Kemudian, warga saling berkumpul di masjid atau mushola-mushola terdekat setelah adanya pengumuman yang terdengar dari speaker surau. Biasanya, Riyaya kupat dilakukan pada pagi hari setelah selesai melakukan sholat Subuh berjama’ah.

Acara dimulai dengan sambutan yang diisi langsung oleh kyai desa, dan dilanjutkan dengan pembacaan do’a. Setelah pembacaan do’a, warga kemudian saling bertukar kudapan yang mereka bawa. Mereka lantas melakukan makan bersama di serambi masjid atau mushola. Saking banyaknya ketupat, warga dipersilakan untuk membawa pulang ketupat yang tersisa guna dinikmati bersama keluarga.

Ajang Silaturahmi Warga

Menurut Sejarawan Agus Sunyoto, lebaran ketupat termasuk tradisi asli Indonesia. Di mana inti dari perayaan Riyaya kupat ialah mengukuhkan dan menjalin tali persaudaraan antar sesama. Hal ini tercermin dari tindakan saling bertukar kudapan yang dibawa oleh warga. Selain itu, warga juga melakukan makan bersama di serambi masjid atau mushola tempat dilaksanakannya perayaan lebaran ini.

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS. An Nisa Ayat 1)

Menjaga silaturahmi sendiri sangat dianjurkan dalam Islam, karena silaturahmi sendiri sedikit-banyaknya mengandung nilai humanisme. Misalnya, pada momentum lebaran seperti ini, silaturahmi dapat dijadikan ajang saling memaafkan dan mempererat kerukunan antar sesama. Bukan tidak mungkin bahwa manusia ialah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari interaksi dengan sesama. Dimana interaksi tersebut tak jarang meninggalkan rasa sakit hati tanpa disadari.

Maka, sangat penting untuk menjaga dan memperkuat silaturahmi dengan sesama. Selain menumbuhkan sikap saling memaafkan, silaturahmi juga mampu meredam egoisme diri. Sehingga, manusia akan saling menghargai dan menghormati antar sesama, dengan tujuan terbinanya lingkungan yang rukun dan harmonis.

Mahasiswa Studi Agama-agama di UIN Walisongo Semarang.

2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Editorial

Dampak Psikologis Kemiskinan dan Penindasan dalam Novel Pabrik

3 Mins read
Dalam novel Pabrik karya Putu Wijaya, pembaca diperkenalkan pada sisi psikologis masyarakat kelas bawah yang hidup di bawah penindasan dan eksploitasi kapitalis. Melalui…
Editorial

Kenaikan Nasionalisme di Asia: Implikasi bagi Integrasi Regional

3 Mins read
Dengan meningkatnya perasaan nasionalis yang kuat di beberapa negara Asia, nasionalisme menjadi topik yang lebih menonjol dalam wacana politik dan sosial. Fenomena…
Editorial

Transformasi Pemerintahan: Digitalisasi dan Demokrasi

3 Mins read
Kemajuan partisipasi politik di Indonesia pada saat ini cukup dinamis. Partisipasi politik merupakan kegiatan rakyat yang bertindak untuk mempengaruhi keputusan yang dibuat…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *