Kezaliman mempunyai banyak benuk dan rupa. Ada yang jelas dan ada yang terselubung. Kedua jenis ini sama-sama haram. Salah satu bentuk kezaliman yang paling serius dan berbahaya adalah kezalimanyang dilakukan oleh para pemangku kekuasaan dan jabatan.
Tugas kita, seorang muslim yang sadar sebenarnya hanya bertakwa kepada Allah swt. Mencintai Allah dan RasulNya berarti siap mencintai segala aturan-aturanNya. Jadi muslim yang seperti itu tidak mau mengumpulkan harta yang belum jelas kehalalannya.
Pemimpin seharusnya tidak boleh tertipu oleh kemewahan dunia. Sehingga ia perlu memisahkan antara kekuasaan dan kemewahan dan antara harta yang ia peroleh dari pemanfaatan kekuasaannya. Sebab ekploitasi kekuasaan, penyalahgunaan kekuasaan diharamkan di dalam syariat Islam. Sayyidina Umar r.a. telah menerapkan sebuah konsep audit. Ia berkata pada para pegawai dan pejabat: “dari mana kamu mendapatkan ini?”
Allah Ta’la berfirman:
وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
“Dan kami menyiksa orang-orang yang telah berbuat zalim dengan siksaan yang berat disebabkan apa yang telah mereka lakukan”
Dan terkadang ada azab yang tidak hanya menimpa orang yang berbuat zalim saja. Orang lain juga terkena azab ini. Allah swt. berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“dan lindungilah dirimu dari dosa-dosa yang akibatnya tidak hanya menimpa orang yang berbuat zalim saja. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا
“Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman,”
ثُمَّ قِيلَ لِلَّذِينَ ظَلَمُواْ ذُوقُواْ عَذَابَ ٱلْخُلْدِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا بِمَا كُنتُمْ تَكْسِبُونَ
“Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim (musyrik) itu: “Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal; kamu tidak diberi balasan melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan”
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
Ayat-ayat ini memperkuat bahwa Allah tidak menzalimi mereka. Tapi merek lah yang berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Siksaan yang mereka dapatkan di akhirat setimpal dengan perbuatan mereka dan disebabkan oleh dosa, keburukan, penyerangan dan kezaliman terhadap orang lain. Kita bisa melihat bahwa ayat ini menegaskan bahwa Allah swt. adil. Padahal dia pemilik kekuasaan yang sebenarnya.
Manusia yang sebenarnya tidak punya kuasa apa-apa, kemudian diberikan kekuasaan, mereka tidak sadar dan lupa tentang hal ini. Dan menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Sebuah hadis Rasulullah saw. pernah menceritakan hal ini.
Pada saat itu Rasulullah memperkerjakan seorang laki-laki. Ia ditugaskan dalam urusan mengumpulkan zakat. Kemudian ia menggelapkan harta zakat dengan alasan itu pemberian dari orang-orang untuknya. Kemudian Nabi saw. berkhutbah menjelaskan perilaku tersebut tidak dibenarkan di dalam Islam. Ini dalil keharaman menggunakan jabatan dan kekuasaan untuk kepentingan pribadi.