Debat adalah salah satu aktivitas yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik melalui perlombaan di sekolah, acara formal, televisi, maupun di media sosial. Namun, seringkali pemahaman mengenai debat hanya sebatas pada kegiatan adu argumen untuk memenangkan suatu pendapat. Padahal, debat yang baik bukan sekadar berbicara dengan lantang, melainkan membutuhkan keterampilan komunikasi yang terstruktur, pengetahuan mendalam, serta sikap yang penuh kehati-hatian.
Debat dalam pandangan umum dapat dipahami sebagai sebuah seni mempertahankan pendapat. Dalam debat, setiap pihak berusaha untuk mematahkan argumen lawan dengan bukti dan alasan yang kuat. Namun, debat bukan sekadar ajang untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah, melainkan sebagai sarana untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan menyusun argumen secara sistematis.
Untuk memenangkan debat, diperlukan persiapan yang matang. Salah satunya adalah membangun kasus atau argumentasi yang kuat berdasarkan data yang akurat. Teknik yang sering digunakan dalam menyusun argumen adalah pendekatan 4W + 1H (what, why, when, where, dan how). Dengan memahami hal ini, seorang debater dapat mempengaruhi orang lain dan meyakinkan mereka untuk menyetujui argumen yang diajukan.
Selain itu, debat juga melatih kita untuk memahami isu-isu yang berkembang di masyarakat. Mampu memahami permasalahan dengan baik dan menyampaikan argumen berdasarkan ilmu merupakan salah satu bentuk ibadah, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surah Al-Isra ayat 36: “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”Ayat ini mengajarkan bahwa setiap pernyataan yang disampaikan harus berdasarkan ilmu yang valid, bukan sekadar opini tanpa dasar.
Meskipun debat memiliki banyak manfaat, namun tetap terdapat batasan yang harus diperhatikan. Islam melarang debat yang dilakukan tanpa dasar ilmu pengetahuan, yang dikenal sebagai “debat kusir.” Debat semacam ini hanya akan memicu konflik dan tidak memberikan solusi. Selain itu, Islam juga melarang debat yang berujung pada pembelaan terhadap kebatilan, terutama ketika kebenaran sudah jelas namun tetap dibantah. Firman Allah dalam surah Az-Zukhruf ayat 58 mengingatkan: “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu kecuali dengan maksud membantah saja. Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.”
Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan etika dalam berdebat. Islam sangat menekankan akhlak dalam segala aktivitas, termasuk debat. Beberapa etika yang perlu dijaga adalah berbicara dengan jujur, tidak menyerang pribadi lawan, dan selalu berdiskusi berdasarkan data serta fakta. Bagi seorang debater harus menjaga agar argumennya tidak melukai perasaan lawan atau menjurus kepada hinaan. Fokus perdebatan harus tetap pada gagasan dan ide, bukan pada serangan personal.
Selain menjaga akhlak, kita juga harus patuh pada aturan debat yang berlaku. Dalam suatu forum debat, peraturan ini membantu menjaga ketertiban dan menjamin bahwa perdebatan berlangsung secara adil. Moderator berperan penting dalam memimpin jalannya debat agar setiap pihak memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapatnya.
Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarahmemberikan peringatan tegas tentang bahaya debat berkepanjangan. Menurut beliau, debat yang terlalu lama dan tidak berkesudahan hanya akan menimbulkan kemarahan, merusak hati, serta membangkitkan permusuhan. Apabila lawan debat kita berbicara berdasarkan kebenaran, kita dianjurkan untuk menerimanya dengan lapang dada. Sebaliknya, jika lawan kita terus bersikeras pada kebatilan, maka yang terbaik adalah meninggalkan perdebatan tersebut.
Sejalan dengan prinsip agama Islam yang mengajarkan umatnya untuk selalu bersikap jujur dan adil, baik dalam berpendapat maupun dalam menerima kebenaran. Kebenaran tidak mengenal siapa yang menyampaikan, dan jika hal tersebut benar, maka kita wajib mengikutinya. Debat bukanlah tentang menang atau kalah, tetapi tentang mencari kebenaran dan mendekatkan diri kepada Allah dengan ilmu yang benar dan penuh hikmah.
Dengan menjaga etika dan niat yang baik, debat dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ilmu, memperkuat ukhuwah, serta menumbuhkan sikap kritis dan solutif yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Muslim, mari kita jadikan debat sebagai media untuk menegakkan kebenaran dan menyebarkan manfaat, bukan sebagai ajang perselisihan dan pertengkaran.