Jaga Pilar

Supriyadi dan Pemberontakan PETA di Blitar

2 Mins read

Peristiwa Pemberontakan Pembela Tanah Air ( PETA ) di Blitar, Jawa Timur. Pemberontakan yang dilakukan sekitar enam bulan sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa yang sangat bersejarah ini mempunyai tokoh penting, yaitu Supriyadi sebagai tonggak awal mula pemberontakan PETA yang terjadi di Blitar. Lantas bagaimana awal munculnya keadaan terjadinya gejolak pemborantakan terjadi dan nasib Supriyadi?

Awal mula Indonesia telah dijajah oleh pihak Belanda. Namun, sejak tahun 1942 telah diduduki oleh pihak Jepang saat kekalahan di Perang Asia Timur yang merupakan bagian dari perang dunia ke – 2.

Setelah pelbagai upaya melalui perjanjian Kalijati, Belanda telah menandatangi perjanjian menyerah tanpa syarat pada tanggal 8 Maret 1942. Isi perjanjian tersebut menyerahkan wilayah Indonesia yang sebelumnya dipegang Belanda ke pihak Jepang.

Sejarah Singkat Pembentukan Pembela Tanah Air (PETA)

Sejarah awal terbentuknya PETA merupakan organisasi militer yang dibentuk oleh pemerintah militer Jepang yang berkedudukan di Indonesia, saat itu diresmikan pada bulan Oktober 1943. Guna pembentukan dari PETA untuk melindungi wilayah Indonesia khususnya Pulau Jawa, Bali, Sumatera dari serangan sekutu seperti Amerika Serikat, Australia, Inggis, yang berada saat perang dunia 2 di front Pertempuran Asia Pasifik.

Struktur dalam Pasukan Pembelah Tanah Air (PETA), dikenal tingkatan nama pangkat yaitu Daidancho (Komandan Batalyon), Cudanco (Komandan Kompi), Shodanco (Komandan Peleton), Budanco (Komandan Regu), dan Giyuhei (Prajurit Sukarela).

Pasukan PETA berperan besar mempertahankan kemerdekaan RI saat masa perang. Nantinya, menjadi cikal bakal dalam pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) selanjutnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Awal Terjadinya Pemberontakan PETA di Blitar

Berawal dari kejamnya kekaisaran jepang atas tertindasnya rakyat Indonesia, khususnya wilayah Blitar. Shodanco Supriyadi sekaligus mempunyai jabatan sebagai komandan dan pimpinan PETA di Blitar. Supriyadi melihat penderitaan kejam yang terjadi saat kekaisaran Jepang memberlakukan kerja yang brutal seperti kerja paksa, perampasaan hasil pertanian, serta perlakuan tidak senonoh terhadap kaum perempuan menjadi titik awal kebencian dan kegeramaan Supriyadi ke bangsa penjajah itu.

Di dalam PETA terdapat perlakuan diskriminatif. Prajurit local atau pribumi diwajibkan memberi hormat kepada prajurit jepang, meskipun pangkat yang disematkan di prajurit Jepang lebih rendah dari prajurit Indonesia.

Tanggal 14 Februari 1942 awal mula penugasan Supriyadi di Blitar. Tanggal yang mengawali aksi pemberontakan PETA terhadap penjajah jepang, pasukan berhasil membawa logistik, persediaan, dan keperluan persenjataan. Beberapa tentara jepang yang melawan tewas pada Gerakan ini.

Tak hanya itu saja, pasukan pemberontakan PETA di Blitar berniat untuk menggalang kekuatan rakyat di semua daerah. Namun, sebelum aksi terlaksana informasi tersebut sudah terendus terlebih dahulu oleh polisi rahasia jepang. Lantas supriyadi cemas dan khawatir pasukan yang dipimpinnya tertangkap sebelum dimulainya aksi.

Pada saat terjadinya pemberontakan PETA tak berjalan sesuai rencana. Supriyadi tidak berhasil membuat daerah lain untuk ikut memberontak, sehingga pihak jepang mengetahui pemberontakan yang terjadi. Dalam waktu singkat, jepang mengirimkan pasukan militernya untuk menghentikan aksi pemberontakan PETA.

Pasca pemberontakan, 78 perwira dan pasukan PETA dari Blitar tertangkap dan dijebloskan ke penjara untuk kemudian diadili secara militer di Jakarta. Sebanya 6 orang diberikan hukuman mati di Ancol pada tanggal 6 Mei 1942, enam orang dihukum penjara seumur hidup, dan tahanan lainnya dihukum sesuai kesalahan yang dilakukan. Sayangnya, Supriyadi menghilang dan tidak dietmukan rekam jejak sama sekali.

Untuk mengenang perjuangan Supriyadi dalam pemberontakan PETA untuk Indonesia. Tepat dilokasi terjadinya pemberontakan dibangun Monumen PETA yang terdiri dari tujuh patung prajurit siap menerjang lawan di depannya, dan Supriyadi diletakkan tepat ditengah Monumen mengenang sebagai pimpinan pemberontakan PETA.

Selengkapnya baca di sini

1657 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Jaga Pilar

Hilangnya Demokrasi Itu Berarti Hilangnya Kemanusiaan, Benarkah?

4 Mins read
Demo dilakukan oleh sebagian besar Mahasiswa diberbagai wilayah Indonesia didepan gedung DPR. Mereka melakukan Demo atas ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan DPR yang…
Jaga Pilar

Dunia Akademis yang Sakit: Bertahan, Melawan, atau Menyerah?

4 Mins read
“There is a crack, a crack in everything, that’s how the light gets in.” Kutipan dari Leonard Cohen ini menjadi refleksi yang tepat…
Jaga Pilar

Pajak dan Generasi Muda: Mengubah Mindset, Membangun Negeri

3 Mins read
Seperti yang diketahui, pajak merupakan salah stau sumber pendapatan utama bagi Negara Indonesia yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan layanan publik. Sudah…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *