Telaah

Teroris Al-Qaeda, JI dan Mencegah Terorisasi di Indonesia

2 Mins read

Ketika Ayman Al-Zawahiri, sang pemimpin Al-Qaeda (Al-Qaeda digerakkan dan dipimpin oleh Al-Zawahiri setelah Osama bin Laden tewas pada 2007 lalu), tewas dalam kepungan tentara Amerika Serikat, dunia menyambut dengan senang. Namun di sisi lain, dunia juga khawatir dan perlu waspada. Mengapa? Karena sudah pasti pengikut-pengikut Ayman Al-Zawahiri tidaklah akan tinggal diam. Dia akan berbalas dendam sekejam-kejamnya.

Pertanyaannya, apakah pengikut Ayman Al-Zawahiri hanya akan berbalasdendam kepada tentara Amerika Serikat, atau akan keluar meneror siapa saja bahkan orang yang tidak bersalah seperti di Indonesia? Ini barangkali yang dikhawatirkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Boy Rafli Amar.

Dia sampai menghimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap jaringan teroris di Indonesia (JI), atas tewasnya pemimpin Al-Qaeda Ayman Al-Zawahiri.

“Kita tidak underestimate terhadap perkembangan peristiwa (tewasnya Ayman Al-Zawahiri), dan adalah sesuatu yang wajar. Kita semua tetap melakukan penguatan kewaspadaan bersama, “Ya tentu kita kalau bicara dampak kita berharap tidak ada dampak. Itu kan di luar wilayah kita ya. Ya tentu harapan kita bersama tidak memberikan dampak yang signifikan,” kata Boy (detiknews2/8/22).

Potensi Balas Dendam

Dengan tewasnya pemimpin Al-Qaeda, harapnnya tidak memberikan dampak negatif kepada umat di Indonesia. JI (Jemaah Islamiyah) sebagai pentolan Al-Qaeda di Indonesia, yang selama ini sudah pasif dan tidur, menjadi tidak bangun kembali. Dan sebisa mungkin, dia beralih paham menjadi lebih moderat, seperti Abu Baakar Ba’asyir, yang menerima Pancasila, kini.

Namun, yang dikhawatirkan justru sebaliknya. Yaitu, JI menjadi kejam dan ingin berbalas dendam atas apa yang menimpa junjungannya: Ayman Al-Zawahiri. Seperti sejarah yang sudah-sudah, jika junjungan Al- Qaeda (dulu Osama bin Laden) tewas, karena serangan dan diburon, mereka menjadi agresif dan tidak berkepprimanusiaan. Mereka menghilangkan sisi kemanusiaannya. Mereka menjadi pembunuh yang mematikan. Mereka membunuh secara massal.

Sementara itu, saat yang sama, di Indonesia kini, dikagetkan dengan penangkapan tersangka teroris berinisial RY alias D di Magetan, Jawa Timur (Jatim). Dia adalah panglima JI dan pernah mengikuti pelatihan di Suriah.

Keliaran Pentolan Al-Qaeda di Indonesia

Pentolan Al-Qaeda ini pernah mengikuti seleksi anggota hubungan internasional JI pada 2013. Dia melakukan perjalan dari Indonesia melalui jalur Suriah dan melalui Dubai untuk membuka jalur hubungan dengan FSR dan bergabung di pelatihan militer. Dan pada 2015, orang ini juga pernah melakukan perjalanan kembali ke Suriah melalui Istanbul untuk membangun hubungan dengan Jabah Musrok. Ia lakukan itu untuk menguatkan JI dari sisi SDM dan kerjasama secara internasional.

Jadi, artinya, pentolan Al-Qaeda masih banyak dan masih kuat. Mereka berada di berbagai tempat yang strategis. Bahkan berada di pondok-pondok besar di Indonesia. Kita tahu sendiri, mengapa mereka diam di pondok, karena sudah pasti mereka ingin membangun generasi penerus untuk dijadikan sebagai Al-Qaeda-Al-Qaeda atau JI-JI baru di Indonesia. Dan ini sudah banyak contohnya.

Teroris liar seperti JI hingga saat ini masih berkeliaran. Bahkan mereka yang sudah diberikan fasilitas fantastis oleh negara. Mereka masih mengikuti acara-acara teroris, seperti Turba FKPP Sumatera Utara-Aceh yang seringkali disamarkan dengan pelatihan-pelatihan kepesantrenan.

Mewaspadai Adanya Terorisasi

Ini artinya apa? Sudah jelas bahwa terorisme di Indonesia yang sering diklaim bertobat tidaklah benar-benar bertobat. Mereka masih datang dan menjadi juru strategi dalam mengorganisir dalam ativitas doktrin dan pengajaran terorisme Tapi mereka lakukan secara sembunyi-bunyi agar tidak diditeksi oleh aparat.

Mereka tetap melakukan radikalisasi dan terorisasi di berabagi tempat, meski dalam setahun ini terlihat pasif. Mereka mencoba mencederai kehidupan bersama umat manusia. Mereka ingin menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dengan klaim-klaim agama, seperti serangan 11/September dan Bom Bali I dan II.

Tindakan terorisme, mereka anggap benar dan seakan-akan mendapat justifikasi agama. Padahal faktanya adalah sebaliknya. Oleh sebab itu, untuk menghalangi justifikasi tersebut, sosial media kita harus ramai dengan konten-konten yang kontra daripada konten tersebut.

Konten sosial media kita harus saling share konten keagamaan yang moderat dan bernilai toleran. Mengapa ini harus dilakukan, karena untuk menjadi bacaan alternatif bagi generasi muda yang mencoba belajar keagamaan di media sosial. Yang paling penting bagi kita saat ini, adalah tetap waspada adanya doktrin, penyebaran, dan terorisasi di Indonesia. Atas tewasnya Ayman Al-Zawahiri, sang pemimpin teroris Al-Qaeda paling berpengaruh di dunia.

Agus Wedi, Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Telaah

Israel, Gaza, Indonesia

4 Mins read
Mari kita telaah lebih dalam konflik di Gaza. Sebuah narasi mengejutkan baru-baru ini mencuat: potensi relokasi warga Palestina. Bayangkan, seratus jiwa dari…
Telaah

Benarkah Idulfitri Berarti Kembali ke Fitrah?

3 Mins read
Hari raya Idulfitri di kalangan umat Islam umumnya dimaknai sebagai kembali ke fitrah atau kembali ke kesucian. Kata id diartikan “kembali” dan…
Telaah

Pendidikan Kewarganegaraan: Bekal Generasi Muda untuk Masa Depan

2 Mins read
Di era globalisasi yang begitu cepat, tantangan yang dihadapi generasi muda semakin kompleks. Informasi dapat diakses dengan mudah, budaya asing masuk tanpa…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *