Telaah

Pengentasan Radikalisme Melalui Pendidikan Islam

2 Mins read

Pendidikan adalah mengolah potensi manusia menjadi manusia sejati. Tujuan utama pendidikan untuk memanusiakan manusia. Manusia memiliki daya dan kehidupan yang penuh makna. Karenanya pendidikan selayaknya mengembangkan potensi yang ada dan membuat hidup tak tertekan, tetapi bahagia.

Setiap proses pendidikan harus mampu melihat kekosongan. Menggarapnya sebagai sesuatu yang berpotensi dari aspek kemanusiaan. Kendati, di situ ia harus mengejewantahkan suatu perspektif holistik, menyeluruh, dan interagtif. Sehingga, puncaknya, kamampuan personal-eksistensial dan spritual anak didik, dapat masuk dan menentukan sikap-sikap sosial-emosional yang positif bagi mereka. Bukan sikap-sikap radikal yang membunuh keperibadian dirinya dan segenap umat manusia.

Di Atas Pendidikan

Bagaimana seharusnya Pendidikan agar bisa mengubah pola hidup manusia? Atau sejauh mana proses Pendidikan harus ditukangi sehingga dapat menyejahterakan hidup manusia? Segenap proses pendidikan kita, sesungguhnya telah menetapkan bahwa proses pendidikan harus bertujuan ke arah penjernihan batin.

 

Ini dilakukan untuk mengembangkan keseluruhan potensi manusia demi tercipta hidup sejahtera, baik fisik, mental, dan spiritual. Pendidikan bukan hanya melahirkan atau mencipta anak yang sekadar mental pekerja atau bermental angka-angka.

Menurut Sindhunata dalam Basis (2015) pengangkaan dalam pendidikan sungguhlah sangat berbahaya. Pengangkaan bisa membuat anak kehilangan kegembiraan dalam proses belajar. Jika kegembiraan hilang, yang ada hanyalah kedongkolan dan indoktrinasi.

Di negara Barat, seperti Jerman melakukan peloporan penghapusan terhadap sistem pengangkaan. Bagi Menteri Pendidikan negara bagian Schleswig Holstein, Waltraud Wende, terang-terangan mengatakan, tugas sekolah adalah menyampaikan bukan hanya ilmu tapi juga kegembiraan dalam belajar. Ia bisa dimulai dengan mengembangkan potensi siswa, baik fisik, seni atau budaya.

Bukan Sekadar Kurikulum

Kendati demikian, bagi Bagir yang perlu diperhatikan dengan serius adalah tentang kurikulum sekolah. Pendidikan harus mengembangkan kurikulum dan memberi tekanan pada pengembangan daya berpikir dan ruahaniah.

Karenanya, pendidik harus memilih antara mendorong anak untuk pintar dan mendorong anak untuk memiliki karakter-karakter yang dapat menentukan kebahagian hidup mereka, baik dunia nyata, maya, maupun akhirat.

Dalam konteks ini, Haidar Baqir ingin kurikulum pendidikan kita tak terlepas pada pembinaan hubungan vertikal Sang Kawan Agung, kegiatan tafakur dan tadabur—yakni, kegiatan observasional-saintifik, refleksi intelektual-filosofis dan estetis; penanaman dan pengembangan budi pekerti luhur; pengembangan akhlak sosial, khususnya sikap empati, penuh cinta kasih, pemaaf, dan bebas dari rasa benci; pengembangan dan pelatihan etos kerja keras, kedisiplinan, ketelatenan, keuletan, kesiapan untuk dapat mendapatkan deleyed gratification, sikap tidak pantang menyerah, dan akal budi.

 

 

Relevansi Pendidikan Islam Hari Ini

Kurikulum dan pembelajaran harus relevan dengan situasi sehari-hari yang anak didik alami. Pendidikan diselenggarakan yang memungkinkan bisa toleran terhadap perbedaan pandangan dan hidup demokratis. Selain itu tak kalah penting adalah daya imajinatif siswa perlu diasah. Dan bagaimana bisa mengentaskan kemiskinan.

Hendaknya pengajaran keruhanian dan akhlak mestilah tak berhenti pada sekadar rutinitas pendidikan-peribadahan dan pengajaran yang bersifat kognitif belaka. Pendidikan harus menciptakan manusia yang kreatif, inovatif, arif, dan bisa mengentaskan baik dari kebodohan, kemiskinan, dan perilaku radikalisme.

Sudah saatnya kita meluruskan kembali falsafah pendidikan kita, di atas kerancauan tujuan pendidikan, kesalahpamahaman subjek pendidikan, kekaburan hakikat pendidikan, kemiskinan metode ajaran pendidikan, dan kurikulum “tersembunyi”. Sehingga, bisa menumbuhkan dan menyejahterakan bukan hanya ilmu dan budaya, tetapi juga ekonomi dari ragam perspektif Islam moderat.

Agus Wedi

Peminat Kajian Sosial dan Keislaman
2118 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Telaah

Miskonsepsi tentang Feminisme dalam Pendidikan

2 Mins read
Ada penggalan kata dalam buku belajar membaca dan menulis jadul legendaris karya Siti Rahmani Rauf yang berbunyi “Ini Ibu Budi, Ini Bapak Budi”. Buku…
Telaah

Ekstremisme Kekerasan dan Konservatisme Beragama

3 Mins read
Berita terkait karyawan PT. Kereta Api Indonesiat yang tertangkap memiliki banyak persenjataan berat sedikit mengejutkan masyarakat. Densus 88 menangkapnya pada tanggal 14…
Telaah

Ibu, Sosok Kartini Bagi Keluarga yang Sangat Berharga

2 Mins read
Di tengah hiruk pikuk perayaan Hari Kartini, kita seringkali disuguhkan oleh postingan yang ada di sosial media  mengenai upaya R.A. Kartini untuk memperjuangkan hak-hak…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *