NKRI

Gus Dur Hadir Menemani Timnas Indonesia

3 Mins read

Sebagian besar diantara kita, mungkin hanya mengenal KH. Abdurrahman Wahid yang biasa dipanggil Gus Dur ini mungkin sebatas sebagai Presiden, Kiai, Intelektual, atau Budayawan.

Tak banyak yang tahu, bahwa Gus Dur itu seorang yang ahli juga dalam hal olahraga. Terutama dalam olahraga sepakbola.

Olahraga sepakbola menjadi salah satu hobi penting Gus Dur selain melahap buku dengan hobi membacanya.

Gus Dur kecil sudah sangat mencintai olahraga sepakbola mulai dengan kegemarannya bermain mengocek bola di pekarangan rumah bersama dengan Ayahnya KH Wachid Hasyim.

Diceritakan oleh Greg Barton dalam “Buku Biografi Gus Dur”, bahwa olahraga bola inilah yang mendekatkan Gus Dur dengan sang ayah yang merupakan tipikal Ayah Jawa yang biasanya cukup menjaga jarak dengan anak anaknya.

Kegilaan akan bola pun berlanjut saat Gus Dur bersekolah di al-Azhar University di Kairo Mesir. Saat itu, Gus Dur yang kecewa dengan kurikulum saat awal masuk al-Azhar karena mata kuliahnya sudah banyak beliau dapatkan saat di pesantren lebih memilih untuk tidak sering masuk kelas, dan lebih memilih hobi beliau dengan banyak menghabiskan waktu di perpustakan dengan membaca buku atau keluar masuk stadion dengan menonton bola.

Kedua hobi inilah yang menjadikan Gus Dur akhirnya tidak menamatkan kuliah di al-Azhar. Namun, dengan menggila olahraga bola Gus Dur menjadi ahli dalam hal sepakbola.

Baca juga:  Kita dan Tragedi 65 (7): Sejarah PKI dan Narasi Tunggal Orde Baru

Ahli sepakbola bukan sebagai pemain, yang mungkin saja Gus Dur bisa menjadi seorang pemain handal seandainya beliau tidak terserang penyakit glaukoma pada tahun 1985 yang menyebabkan daya penglihatan beliau menjadi sangat berkurang.

Keahlian Gus Dur tentang sepakbola diwujudkan dalam bentuk sebagai pengamat, yang tak kalah ahli dari komentator jebolan pemain bola profesional.

Keahlian Gus Dur sebagai pengamat bola didapat dengan jalan yang sangat susah, tidak seperti era internet seperti sekarang ini dengan hanya klak klik mencari mesin pencari. Gus Dur mendapatkan segala macam informasi tersebut melalui keahlian baca maupun dengan keluar masuk stadion.

Gus Dur mampu meramu semua itu dan menyajikannya dalam bentuk narasi baik secara tulisan yang menghasilkan ratusan artikel atau ulasan langsung sebagai komentator pertandingan langsung di televisi.

Pada saat piala dunia tahun 1994, yang diselenggarakan di Amerika Serikat, dimana banyak orang dan pengamat sedang terkagum kagum dengan penampilan Kolombia yang pernah memiliki kiper bernama Rene Higuita dengan julukan “El Loco” atau si Gila, dan memprediksi Kolombia akan menjadi rising star dan lolos ke Bapak perempat final, namun Gus Dur menganalisa belum waktunya buat Kolombia. Kenyataannya memang tidak kejadian bagi Kolombia.

Saat menjadi Presiden, Gus Dur pun masih menggila bola. Dalam menjalankan pemerintahannya, Gus Dur mengadopsi sepak bola sebagai filosofi dalam menjalankan roda pemerintahannya.

Baca juga:  Interkoneksitas Asia dan Diaspora Arab di Tiongkok Era Mao

Gus Dur pernah mengulas, bahwa keberhasilan sebuah team sepakbola itu 75% ditentukan di lapangan, dalam hal ini adalah disiplin menjalankan taktik di lapangan oleh para pemainnya.

Sedangkan 25% lainnya ditentukan di luar lapangan, dalam hal ini termasuk pelatih. Pelatih menjadi pemain penting dalam kesuksesan sebuah team, karena kualitas kepemimpinan yang dimiliki dalam hal memilih pemain yang tepat dengan meletakkan di posisi yang tepat.

Gus Dur mengadopsi ini dalam memilih pembantu pembantunya yang duduk di kabinet, dengan memilih orang orang yang sesuai apa yang diyakini oleh Gus Dur dan meminimalkan pemain pemain titipan dan pemilik team lainnya, dalam hal ini partai Politik.

Dengan lepas memilih pemain, Gus Dur sebagai pelatih akan dengan mudah bisa memastikan taktik dari strategibtersebut dalam terimplementasi dengan baik. Meskipun dalam praktiknya tidak bisa berjalan sesuai rencana, karena memang masih ada kepentingan pemain yang bukan pilihan langsung sang pelatih.

———

Gus Dur yang saya hadirkan dalam tulisan tentang kecintaan akan olahraga, khususnya sepakbola melahirkan spirit yang luar biasa dan melahirkan filosofi yang diwujudkan dalam bentuk konsepsi taktis dalam banyak bidang.

Gus Dur mencinta olahraga dengan tidak menjadi profesional, namun beliau menjadi pengamat olahraga yang sangat kaya akan narasi.

Baca juga:  Mengenal Usul Fikih (3): Mapping Pembelajaran Usul Fikih

Spirit olahraga yang dicintai oleh Gus Dur ini cukup relevan untuk mentauladani beliau di bidang olahrga ini menjelang hari haul nya Gus dur yang ke-12 sekaligus bersamaan dengan momen tampilnya Timnas Sepakbola Indonesia yang sedang berjuang di bapak final Piala AFF 2020.

Spirit dan kecintaan Gus Dur sebagai Presiden ke-4 Indonesia, akan mengalir ke semua pecintanya, sehingga aura spirit itu mengalir dalam bentuk dukungan doa, sehingga Timnas Indonesia bisa teraliri semangat juang dan tampil menjadi juara.

Jayalah sepakbola Indonesia.

Gus Dur telah mentauladankan, saatnya kita melanjutkan.

 

Kagem Gus Dur, lahul fatihah🙏

MUHAMMAD ABDUN NASIR

Muhammad Abdun Nasir. Alumnus Ponpes Baitur Rahim Bungah Gresik dan Magister di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Pegiat Halaqoh Literasi Malang Jawa Timur. Pernah menjadi Asisten dosen, dosen luar biasa, dan dosen tamu di FE Universitas Brawijaya, dan sudah lebih dari 18 tahun bekerja di perusahaan swasta yang bergerak di Sales Marketing dan sekarang menggeluti usaha properti.

Selengkapnya baca di sini I

2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
NKRI

Refleksi Sepak Oligarki dalam Narasi Perubahan vs Keberlanjutan

3 Mins read
Tak terasa, sudah lima bulan berlalu sejak usainya carut marut dinamika pemilu pada tempo 14 Februari 2024 yang lalu. Lengkaplah sudah kontestasi…
NKRI

Malari dan Gerakan Mahasiswa dalam Sejarah

3 Mins read
Membangkang. Begitulah para rezim menyebut gerombolan masa mulai memekikan telinga mereka bertengger di ruang ber-AC. Narasi kritik pedas mulai sahut menyahut atas…
NKRI

Panggilan Terhadap Elite Intelektual untuk Berkiprah pada NKRI

4 Mins read
“Pena Lebih Tajam Daripada Pedang” Adalah sebuah idiom yang paling relevan dengan zaman modern saat ini, menggugah kesadaran semua orang mengenai ilmu…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *