Pancasila

Kemanusiaan Adalah Pondasi Dasar Keberagamaan

2 Mins read

 Ketika menjadi imam sholat, imam semestinya memerhatikan siapa jamaahnya. Jika mereka adalah masyarakat petani, pekerja, atau sejenisnya, maka imam perlu mempercepat bacaan sehingga sholat segera selesai dilaksanakan. Apakah anjuran semacam ini bisa dikatakan tidak religius? Tentu tidak. Justru inilah makna bahwa agama harus ramah dengan pemeluk agamanya. Manusia membutuhkan waktu untuk mencari makan, memenuhi kebutuhan hidup, keluarga yang harus dinafkahi dan dakwah bil hal yang dilakukan oleh para kiai, pendakwah, harus menjadi landasan utama dalam menyebarkan agama.

Kalau kata Gus Baha, ditakdirkan sujud kepada Allah Swt. saja, itu adalah hal yang sangat beruntung bagi manusia sebagai hambaNya. Maka tidak perlu mencaci para tukang parkir, pedagang nasi goreng, yang hidupnya tidak menjalankan sholat berjamaah. Sebab ada tanggung jawab yang harus ditunaikan sebagai manusia, yakni memenuhi kebutuhan hidup dan menafkahi keluarga. Ini juga berarti bahwa kita tidak perlu mengolok, merasa paling religius dibandingkan dengan yang lain.

Fenomena di atas adalah salah satu praktik tentang kemanusiaan yang perlu dilihat sebagai pondasi dari keberagamaan. Makanya, sering sekali kita dengar bahwa, jangan bicara ayat kepada orang yang lapar. Artinya, kita perlu memberi makan orang lain, sebelum kita berdakwah agama kepadanya. Mengapa anjuran ini reflektif sekali? Orang lapar butuh makan. Berdakwah dengan memberikan ayat, justru tidak membuatnya kenyang. Itu artinya, memenuhi kebutuhan pokoknya, adalah hal utama agar kita bisa masuk ke dalam kehidupannya.

Kemanusiaan bukan berarti meniadakan ketauhidan yang perlu dimiliki oleh manusia sebagai makhluk beragama. Akan tetapi justru asas kemanusiaan menjadi dasar dari segala tindakan yang mengatasnamakan agama. Kemanusiaan bersumber dari pandangan ketauhidan bahwa manusia adalah makhluk Allah paling mulia yang dipercaya untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Kemuliaan manusia mengharuskan sikap untuk saling menghormati dan menghargai. Sejalan dengan ini, Gus Dur selalu bilang bahwa, memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya, demikian juga merendahkan dan menistakan manusia berarti menistakan Tuhan Sang Pencipta.

Agama yang Tidak Ramah kepada Manusia?

Meledaknya bom yang menewaskan ratusan orang, bahkan ribuan orang yang tidak bersalah, bukti bahwa praktik keberagamaan menodai kemanusiaan. Keberagamaan berbeda dengan ketauhidan. Ia adalah sikap dan impelementasi yang dilakukan oleh seseorang dalam merepresentasikan ajaran agama yang dipahami sebagai manusia. Praktik keberagamaan yang menodai ajaran agama sebagai ajaran yang memanusiakan manusia adalah, bukti bahwa seseorang tidak menjadikan kemanusiaan sebagai landasan dalam beragama.

Mendahulukan kemanusiaan sebelum keberagamaan adalah salah satu konsep yang ideal untuk memupuk kerukunan antar umat beragama di era modern ini. Ketika manusia mengalami dilematis tentang kehidupan, sedangkan emua akses informasi mudah di dapat, interaksi dengan manusia di berbagai belahan bumi bisa dilakukan secara mudah, agama harus hadir sebagai ruang yang menyejukkan kepada para pemeluknya dan harus direpresentasikan cukup baik kepada pemeluk agama yang lain.  Ajaran tentang agama semacam itu juga harus dimiliki oleh tokoh-tokoh agama dalam menyampaikan kepada para umatnya, di tengah hiruk pikuk kehidupan yang terus berjalan, perbedaan umat adalah yang pasti dan tidak bisa diganggu gugat.

Habib Ali al-Jufri, penulis buku “Keberagamaan Sebelum Keberagamaan” sangat menyinggung fenomena keberagamaan yang dialami oleh manusia. Sebagai makhluk yang tidak bisa menghindari dari adanya perbedaan pandangan, bahkan agama, maka penting untuk kita sebagai manusia, terus melakukan refleksi kehidupan untuk menjaga hubungan baik atau menciptakan hubungan yang baik kepada makhluk yang lain.

Agama yang sesungguhnya (din) berasal dari Allah Swt. dan karenanya terjaga ilahiah. Tetapi, keberagamaan itu menyangkut bagaimana manusia memahami, menafsirkan dan mempraktikkan agama seperti misalnya: bagaimana aliran fiqih menerapkan ajaran agama, akidah, dan seterusnya. Ketika kita mengetahui bahwa ada banyak keberagamaan yang dipraktikkan oleh orang lain dan itu berbeda kelompok yang satu dengan lainnya, landasan kemanusiaan adalah landasan utama karena disinilah ajaran agama dilihat sebagai solusi atau justru biang masalah dari kehidupan. Adanya teror, bom bunuh diri, atau sikap-sikap kekerasan lainnya itu berasal dari keberagamaan yang meniadakan kemanusiaan sebagai landasan. Wallahu A’lam.

969 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Pancasila

Nasib Guru Honor: Suara Terabaikan dalam Pendidikan Indonesia

2 Mins read
Di balik gemerlapnya kemajuan pendidikan di Indonesia, ada kisah yang sering kali terpinggirkan: nasib para guru honor yang berjuang keras di garis…
Pancasila

Pancasila Itu Identitas Berbaangsa dan Bernegara, Berpeganglah!

2 Mins read
Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak lain merupakan kehidupan berkonstitusi. Dalam konteks bernegara, nilai-nilai dasar Pancasila menjadi jiwa bagi identitas konstitusional bangsa Indonesia…
Pancasila

Mengkaji Lima Sila Pancasila dalam Ayat Al-Qur'an

2 Mins read
Alamsjah Ratoe Perwiranegara, Menteri Agama Republik Indonesia (1978-1983) pernah mengatakan, “Pancasila merupakan hadiah terbesar umat Islam bagi kemerdekaan dan persatuan Indonesia”. Karena…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *