AGH. Abdul Muin Yusuf yang akrab dipanggil Kali Sidenreng (Qadi Sidenreng) merupakan ulama, mufassir, faqih, da’i, dan pejuang kharismatik asal Sulawesi Selatan. Tepatnya beliau berasal dari Rappang, kabupaten Sidrap, tempat Kelahiran Prof. Quraish Shihab.
Anregurutta (sebutan untuk ulama di Sulawesi Selatan) Kali Sidenreng dilahirkan di Rappang, Kabupaten Sidrap pada 21 Mei 1920. Ayahnya bernama Muhmmad Yusuf, berasal dari Pammana, kabupaten Wajo, Sulawesi selatan. Ibunya bernama Sitti Khadijah berasal dari Rappang, Sidrap, Sulawesi Selatan.
Pada umur 10 tahun, Kali Sidenreng kecil memulai pendidikannya di Indlandsche School atau sekolah dasar di zaman belanda, dan sore hari belajar di Sekolah Muhammadiah Sidrap, kemudian pindah ke Madrasah Ainur Rafiq besutan Syekh Ali Mathor yang merupakan kakek ulama terkemuka Prof. Quraish Shihab.
Syekh Ali Mathor adalah orang pertama yang memperkenalkan dasar ilmu agama Islam kepada Anregurutta Kali Sidenreng.
Setelah menyelesaikan pendidikanya di Indlansche school tahun 1933, Kali Sidenreng berangkat ke Sengkang, Wajo untuk melanjutkan pendidikanya di Madrasah Arabiah Islamiah (MAI) yang merupakan asuhan dari ulama besar Sulawesi, Anregurutta Muhammad As’ad al-Bugisi.
Di lembaga pencetak ulama nomor satu di Indonesia Timur inilah, ia bertemu dan bergaul dengan banyak orang yang kelak menjadi ulama besar di Sulawesi Selatan, seperti AGH. Abdurrahman Ambo Dalle, AGH. Daud Ismail, AGH. Abduh Pabbaja, dan sebagainya.
Setelah empat tahun beguru di MAI Sengkang bersama Anregurutta Muhammad As’ad, Kali Sidenreng melanjutkan studi ke Normal Islam Majene, Sulawesi Barat, kemudian pindah ke Pinrang mengikuti kepindahan Normal Islam yang berubah nama menjadi Mu’allimat Ulya ke Kab. Pinrang, 1943 dan akhirnya berhasil menyelesaikan studinya pada1942.
Setelah itu, ia kembali ke kota kelahirannya di Rappang. Berkat kedalaman ilmu dan akhlak yang mencerminkan seorang ulama muda pada zamannya, ia yang baru berusia 22 tahun, sudah didaulat menduduki jabatan Qadhi (Kali). Dari sinilah beliau mulai digelari Kali Sidenreng.
Pada tahun 1947 beliau berangkat ke Tanah Suci. Pada saat bersamaan, Madrasah al-Falah membuka pendaftaran untuk mahasiswa baru. Setiap pelajar yang lulus diterima di sana merupakan mahasiswa pilihan dari berbagai negara.
Anregurutta Kali Sidenreng lulus tes dan diterima masuk pada jurusan Perbandingan Madzhab (muqāranah baen al-madzāhib). Kali Sidenreng belajar di Darul Falah sebagai mahasiswa selama dua tahun dan dinyatakan lulus pada tahun 1949. Dengan ketajaman akal dan penguasaan ilmu agamanya, Kali sidenreng lulus dan menduduki peringkat Ke-2 dari seluruh mahasiswa dari berbagai negara.
Kiprah Perjuangan dan Politik
Selain sebagai sosok ulama yang kharismatik, Kali Sidenreng juga berperan penting dalam perjuangan ketika terjadi peristiwa penyerangan “bambu runcing” pada tahun 1946 dengan menyerang pusat pertahanan Belanda bersama Andi Cammi.
Pada tahun 1954, Kali Sidenreng bergabung ke hutan bersama pasukan Qahar Muzakkar di bawah bendera DII/TI. Alasan Kali Sidenreng bergabung dengan DI/TII sangat mendasar: kekacauan politik akibat Sukarno merangkul PKI dalam pemerintahannya.
Pada tahun 1971, Kali Sidenreng mulai aktif di Partai Nahdlatul Ulama. Dan tak lama kemudian, ia menjadi ketua tanfidziyah. Di bawah kepemimpinannya, NU berhasil tumbuh beserta badan otonominya, IPNU/IPPNU, GP Ansor, Fatayat NU. Pada Pemilu tahun 1971 partai NU berhasil di posisi 2 di bawah Golkar, dan Muin menjadi anggota DPRD Sidrap dari Partai NU.
Pada pemilu 1977, Kali Sidenreng masuk Golkar dengan terpaksa, karena disebarkan fitnah bahwa dirinya anggota DI/TII. Ia memang pernah lari ke hutan ikut DI/TII, tapi saat itu karena tidak ada pilihan, masuk PKI atau ikut DI/TII. Kali Sidenreng masuk Golkar dengan berpegang prinsip ‘’accemali-maliko naekiyaa aja mumali’’. Artinya, ikuti arus, tapi jangan terbawa.
Kiprah di Dunia Pendidikan dan Karyanya
Sejumlah lembaga pendidikan didirikannya sebagai media pengamalan ilmunya. Antara lain MI Nasrul Haq (didirikan 1942, sebelum berangkat ke Mekkah), Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) (didirikan setelah kembali dari Mekkah, 1949), Yayasan Madrasah Pendidikan Islam (YMPI), Sekolah Menengah Islam (SMI) kemudian berubah menjadi Sekolah Guru Islam Atas (SGIA) kemudian berubah menjadi Pendidikan Guru Agama (PGA) dan akhirnya berubah menjadi Sekolah Persiapan IAIN (SP-IAIN) hingga akhirnya ditutup tahun 1974.
Pada tahun itu juga, Kali Sidenreng mendirikan Pondok Pesantren al-Urwatul Wustqa Benteng, Sidrap yang merupakan salah satu karya besar beliau yang sudah lama dicita-citakan. Selain itu, beliau juga mensdi salah satu yang ikut menggagas berdirinya Darud Dakwah Wal Irsyad (DDI).
Ketika menjabat sebaga Ketua MUI Sulsel (1985-1995), Kali Sidenreng melahirkan karya besar, berupa karya tulis yang mencerminkan bahwa dirinya memang ulama mujtahid, berupa Tafsir Al Qur’an dalam bahasa Bugis yang terdiri dari 11 jilid. Kitab ini adalah kitab tafsir berbahasa daerah yang kedua lengkap 30 juz, setelah milik Anregurutta Daud Ismail. Keduanya merupakan alumni MAI Sengkang dan murid Anregurutta Muhammad As’ad Al-Bugisi.
Sebelumnya, pada tahun 1949, pernah juga menghasilkan karya berjudul, Al-Khotbah al-Minbariyah, dan pada tahun 1953 ia menghasilkan karya Fiqh Muqaranah.
Anregurutta Kali Sidenreng dikenal sebagai sosok ulama yang ramah dan sangat sederhana. Hidupnya hanya dipenuhi dengan pengabdianya kepada agama dan bangsa. Beliau bahkan menolak pemberian mobil pribadi saat beliau menjabat sebagai Pembina Golkar, dan mobil dinas selaku Ketua MUI Sulsel dua periode.
Anregurutta Abdul Muin Yusuf menghembuskan nafas terakhirnya di Rappang Sulawesi Selatan pada 23 Juni 2004.
Lahir di Sidrap, Sulawesi Selatan. Lulusan MA PPM Rahmatul Asri Enrekang, Sulawesi Selatan