Bhinneka Tunggal Ika

Melindungi Anak dari Bahaya Virus Radikal di Gawai

2 Mins read

Anak usia dini merupakan lahan empuk yang mudah di‘tanami’ beragam tetumbuhan. Bak lahan yang subur, apapun yang ditanamkan akan dapat dengan mudah tumbuh, berkembang, dan berakhir pada buah yang lebat.

Begitu pula dengan anak usia dini, mereka akan dengan mudah menyerap beragam pengetahuan yang ditanamkan dengan mudah dan berakhir akan menjadi tindakan spontan (habitual). Tak terkecuali, jika anak usia dini sudah terkena virus radikal, maka ia akan dengan mudah menjadi pribadi yang radikal dan mudah melakukan kekerasan kepada sesama.

Saat ini, dunia anak usia dini tak dapat dilepaskan dengan gawai (handphone). Lebih-belih dunia baru saja dilanda pandemi covid-19, di mana anak-anak diwajibkan menggunakan gawai dalam rangka belajar, baik yang bersumber dari pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Dan gawai sudah menjadi bagian dari kehidupan anak usia dini kita.

Di dalam gawai, apapun sudah tersedia. Dengan gawai, anak usia dini bisa menikmati santapan lezat berupa ilmu pengetahuan agama yang rahamatan lil ‘alamin, hiburan bernuansa pendidikan, hingga santapan yang merusak kepribadian anak, termasuk adanya virus radikal.

Sering kali anak usia dini terlihat melihat film kartun anak-anak yang terkesan hanya untuk hiburan. Namun demikian, siapa sangka dimulai dengan melihat film kartun akan ada nilai-nilai kepribadian yang masuk ke dalam diri setiap anak usia dini. Dan hal ini merupakan perkara yang wajar lantaran anak usia dini akan dengan mudah menyerap sekaligus mempraktikkan atas film yang ia tonton.

Atas kenyataan ini, orang tua mesti waspada terhadap anak-anaknya yang akrab dengan gawai. Selain mereka mesti selektif dalam memilihkan tayangan yang dilihat anak-anaknya, mereka juga mesti melihat perilaku keseharannya. Lantaran, anak mudah menjambak teman, menendang teman, membentak orang tua, dan lain sebagainya dipastikan bermula dari orang lain, termasuk gawai. Jika anak sudah mendapatkan lingkungan yang baik, maka dipastikan perbuatan tercela tersebut bersumber dari gawai.

Bagi anak usia dini, orang tua harus bisa mengawasi dengan ketat atas tontonan yang diputar anaknya di dalam gawai. Jangan sampai mereka mengakses tayangan yang bermuatan radikal. Anak usia dini bisa mengakses tayangan radikal tidak langsung dengan adanya film-film yang bernuansa radikal. Di samping itu, anak usia dini juga bisa melihat tayangan radikal langsung dengan adanya doktrin-doktrin provokatif yang bernuansa radikal.

Anak-anak harus terus dipantau orang tua manakala ia bertambah umur. Anak-anak usia SD ataupun di atasnya akan lebih mudah terpapar virus radikal dari gawai yang ia bawa. Ia akan lebih sering berselancar di dunia maya di sela-sela aktivitas hariannya. Lebih-lebih beragam konten menarik di dalam gawai sudah menjamur dan menarik perhatian anak-anak muda. Berbahayanya, dari kesekian banyak konten gawai yang ada, kebanyakan bernuansa negatif termasuk radikal.

Ketika anak sudah semakin bertambah umur, maka orang tua harus semakin besar perhatian terhadap kepribadian anak. Jangan sampai ada perilaku mencurigakan yang akan menjadi pondasi perbuatan radikal di masa mendatang. Terhadap penggunaan gawai, selain sering cek tayangan yang sering diakses anak-anak, orang tua juga harus sesering mungkin berkomunikasi untuk mempertanyakan tayangan apa saja yang anak akses.

Orang tua juga harus selalu memberikan arahan kepada anak agar mengakses tayangan yang positif. Di sini, orang tua mesti menggunakan cara yang santun sehingga anak nyaman berkomunikasi dengan orang tua.

Orang tua juga mesti sadar bahwa tidak semua tayangan yang bernuansa pendidikan dan religi selalu mulus dengan konten positif. Sering juga terjadi tayangan bernuansa pendidikan dan religi diisi dengan virus radikal. Bahkan, orang tua juga perlu sadar bahwa ada sekelompok orang yang dengan sengaja menyebarkan virus radikal dengan membuat tayangan bernuansa pendidikan dan religi.

Anak-anak yang sedang fokus dalam belajar, bisa saja terbuai dengan tayangan pendidikan ataupun religi yang memprovokasi tindak radikal. Mereka tidak sadar bahwa yang ia pelajari justru akan membuat dirinya semakin tidak bernilai. Dan dari sinilah, peran orang tua harus selalu ada untuk kebaikan anak-anaknya. Jaga anak-anak dari bahaya virus radikal yang ada di gawai.

Wallahu a’lam.

Anton Prasetyo, S. Sos. I., M. Sos.

Ketua Lembaga Ta’lif Wan Nasyr NU Gunungkidul
2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Bhinneka Tunggal Ika

Menjadi Bagian Mayoritas yang Membela Minoritas

3 Mins read
Kasus-kasus yang menyebabkan guncangan hubungan mayoritas-minoritas umat beragama nampaknya akan selalu ada di negeri kita. Beberapa minggu lalu kasus terjemahan Injil ke dalam bahasa…
Bhinneka Tunggal Ika

Insight Pemikiran Habermas dalam Dinamika Politik Indonesia

3 Mins read
Filsuf Jerman paling signifikan pada paruh kedua abad ke-20, Jurgen Hebermas, lahir di Usseldorf, Jerman, pada tanggal 18 Juni 1929. Salah satu…
Bhinneka Tunggal Ika

Menelisik Liberalisme Globalisasi dalam Kacamata Kebhinekaan

5 Mins read
Globalisasi memiliki dampak penting dalam era perkembangan peradaban manusia, karena hampir dari setiap titik geografis dimuka bumi dan hidup jutaan orang mengalami…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *